Recent Posts

Your Ad Here

Our Work


Latest Recipes
star

Israel, Pusat Perdagangan Perempuan dan Prostitusi

Jumat, 27 April 2012 | 0 komentar


imageIsrael ternyata menjadi pusat perdagangan kaum perempuan dari berbagai negara, untuk dijadikan pelacur. Kaum perempuan ini bahkan ada yang dipaksa menjadi pelacur, karena tertipu iklan yang menawarkan studi di Israel.

Sebut saja namanya Maria asal Ukraina. Ia datang ke Israel pada tahun 1999 memenuhi panggilan kesempatan untuk studi di Israel, dari sebuah iklan yang ia baca. Namun, ketika ia sampai di Israel, ia dibawa ke sebuah apartemen di kawasan Ashkelon. Seorang perempuan di apartemen itu mengatakan bahwa sekarang ia berada dalam dunia pelacuran.

"Saya langsung histeris, tapi seorang laki-laki memukul saya, kemudian beberapa laki-laki lainnya memperkosa saya, " kata Maria yang saat ini berusia 40 tahun, mengisahka pengalamannya pada BBC Online.

"Saya kemudian dibawa ke tempat di mana mereka menjual saya-cuma menjual saya!" tuturnya emosinal.

Hal serupa dialami Marina. Sekarang, setelah berhasil meloloskan diri dari kelompok penjahat yang menjual dirinya, Marina tinggal di sebuah rumah di utara Israel. Ia bersembunyi dari kejaran kelompok penjahat itu dan dari aparat keamanan Israel, karena statusnya sebagai imigran ilegal.

Israel adalah surga bagi perdagangan kaum perempuan untuk bisnis sex. Ada ribuan perempuan seperti Maria dan Marina, yang tertipu datang ke Israel dan dipaksa menjadi pelacur. Kebanyakan dari mereka berasal dari negara-negara bekas Uni Sovyet, seperti Ukraina, Moldova, Uzbekistan dan Rusia.

Para pelaku yang berhasil menjebak korbannya, biasanya mengambil paspor mereka sebelum menjual korban-korbannya dengan harga antara 8. 000-10. 000 dollar. Banyak kaum perempuan yang menjadi korban, diselundupkan, diperkosa dan dianiaya.

Tahun 2006 lalu, PBB menyebut Isrel sebagai salah satu negara tujuan di dunia bagi kejahatan perdagangan perempuan. Dalam laporan tahunan Departemen Luar Negeri AS, Israel selalu masuk dalam daftar hitam negara-negara yang membolehkan perdagangan perempuan. Prostitusi menjadi bisnis legal di Israel, sementara para pejabat-pejabat pemerintahnya tutup mata atas fakta tersebut.

"Selama 10 tahun pertama perdagangan perempuan, rejim Israel sama sekali tidak berbuat sesuatu. Kasus pertama terungkap pada tahun 1992, " kata Nomi Lebenkron, dari LSM Migran Workers' Hotline yang bergerak dalam bidang bantuan bagi kaum perempuan yang menjadi korban trafficking.

Diperkirakan ada 3. 000 perempuan setiap tahunnya yang dijual ke Israel untuk menjadi pelacur. Para penyelundup dengan aman menyelundupkan perempuan-perempuan itu lewat perbatasan, tanpa ada hambatan dari aparat keamanan.

Musdah Mulia : Rajin Menyerang Islam, Raih Yap Thiam Hien Award 2008

| 0 komentar


Yayasan Pusat Studi Hak Asasi Manusia menganugerahkan penghargaan Yap Thiam Hien 2008 kepada Musdah Mulia. Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dinilai gigih dalam memperjuangkan hak asasi manusia (HAM).

“Siti Musdah Mulia adalah tokoh perempuan yang cerdas, berani dan gigih memperjuangkan pluralisme, hak-hak perempuan dalam Islam, civil liberties dan kesetaraan hak-hak konstitusional setiap warga negara dalam demokrasi Indonesia,” kata Wakil Yap Thiam Hien Award sekaligus juri, Todung Mulya Lubis, di Jakarta, Kamis (4/12).

Selain pernah menawarkan gagasan baru di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dengan pendekatan jender, hak asasi manusia, dan demokrasi, Musdah diangap giat mengadvokasi kelompok minoritas, seperti Ahmadiyah, dan kelompok gay dan lesbian.

Dewan Juri, lanjut Todung memuji pemikiran-pemikiran Siti yang menjembatani kondisi kekinian. “Misalnya soal Undang-undang pornografi, Siti menolak peraturan tersebut karena maraknya kekerasan mengatasnamakan agama dan keyakinan tertentu, premanisme berkedok agama seakan mendapatkan justifikasi dari undang-undang ini,” ujarnya. “Bahkan dia berjuang jauh sebelum undang-undang itu disahkan”.


Musdah Mulia salah satu tokoh JIL yg mengakomodasi kunjungan Irsad Manji Aktivist Lesbian Liberal
Yap Thiam Hien Award merupakan anugerah yang diberikan bagi tokoh atau institusi yang gigih memperjuangkan hak asasi manusia. Gagasan ini dirintis pada tahun 1992 oleh sejumlah tokoh, seperti Jakob Oetama, Goenawan Mohammad, Dhaniel Dhakidae, serta pengacara Todung Mulya Lubis. Penghargaan ini diambil dari nama seorang pejuang HAM, Yap Thiam Hien. Tokoh-tokoh HAM ini adalah mereka yang sekarang dikenal sebagai anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).

Sebelum tahun 2005, para pemenang penghargaan ini memperoleh uang dalam jumlah besar. Pernah nilainya mencapai 125 ribu dolar AS (kini Rp 1,375 milyar, kurs 1 US$=Rp 11.000). Yayasan mengakui uang ini bantuan dari donator, tapi tidak disebutkan darimana dana itu. Hanya saja beredar kabar uang itu dari dana asing.

Bukan hanya kali ini Musdah memperoleh penghargaan. Pada Hari Perempuan Dunia 8 Maret 2007, Musdah Mulia menerima penghargaan International Women of Courage dari Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice di Washington. Ia dianggap wanita Asia ”pemberani”. Saat itu pun dia mengaku siap dikatakan sebagai ‘antek Amerika’.


Beriman Tanpa Rasa Takut karya Irsad Manji Aktivist Lesbian Liberal
Selama ini sepak terjang Musdah nyata sekali ingin menyerang dan berusaha menghancurkan akidah umat Islam. Dia mengajukan gagasan baru yang bersumber dari paham sekuler-liberal. Dan untuk aktivitasnya tersebut, Musdah mendapat dukungan dana dari Amerika. Misalnya saja ketika menyusun draft Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (CLD-KHI) pada 2004, dia dibantu Rp 6 milyar dari The Asia Foundation, yayasan dari Amerika yang mendukung liberalisme.

Kendati banyak ditentang oleh para ulama, rupanya Musdah tidak peduli. Dia terus saja menyebarkan virus akidah ke tengah-tengah umat Islam. Beberapa virus yang disebarkan itu antara lain:

Pernikahan bukan ibadah, perempuan boleh menikahkan dirinya sendiri, poligami haram, boleh nikah beda agama, boleh kawin kontrak, ijab kabul bukan rukun nikah, dan anak kecil bebas memilih agamanya sendiri (Drat CLD-KHI).
Semua laki-laki dan perempuan sama, tak peduli etnis, kekayaan, posisi-posisi sosial, bahkan orientasi seksualnya. “Tidak ada perbedaan antara lesbian dan tidak lesbian. Dalam pandangan Allah, orang-orang dihargai didasarkan pada keimanan mereka,” katanya.
Ia bersama kalangan liberal menulis Fiqih Lintas Agama. Isinya banyak membuang makna teks Alquran dan menggunakan konteks kekinian secara amburadul berdasarkan pandangan-pandangan Barat.

Orang-orang seperti Musdah Mulia ini akan terus mendapat dukungan dari musuh-musuh Islam. Mereka akan senantiasa dibantu untuk melakukan aktivitasnya melemahkan umat Islam. Alih-alih membela Islam yang sebenarnya minoritas di dunia, mereka justru membela dan memuja Barat yang justru menjajah negeri-negeri Islam.